SUMENEP (JURNALIS INDONESIA) – Kelompok Tani (Poktan) di Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, berhasil melakukan inovasi teknologi pertanian menggunakan biosaka dan jakaba pada budidaya tanaman jagung hibrida tahun 2023.
Seperti yang diterapkan oleh Kelompok Tani Al Faidzin, Desa Batuputih Laok, dibawah Koordinator Penyuluh Kecamatan Batuputih, Dwi Nugroho, S.TP, dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep, Arif Firmanto, S.TP, M.Si.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Al Faidzin Mawardi mengucapkan terimakasih kepada Penyuluh Pertanian Kecamatan Batuputih dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep atas bimbingan inovasi teknologi pertanian budidaya tanam jagung menggunakan biosaka dan jakaba.
“Terimakasih Penyuluh Pertanian Kecamatan Batuputih dan terimakasih Bapak Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep atas bimbingannya selama ini, semoga pertanian di Kecamatan Batuputih semakin lebih baik,” ucapnya, Selasa (23/5/2023).
Mawardi mengaku, pada musim tanam kali ini (24 Januari tahun 2023) berdasarkan arahan Penyuluh Pertanian Kecamatan Batuputih dengan menerapkan inovasi teknologi pertanian dengan mengaplikasikan biosaka dan jakaba pada budidaya jagung hibrida di lahan seluas 1/8 hektar bisa lebih menghemat terhadap kebutuhan pupuk.
“Dengan menghabiskan benih 1,5 Kg. Benih sebelum ditanam terlebih dahulu kami rendam 10 menit dengan jakaba. Pada musim ini saya menghemat pemupukan sepertiga (1/3) dari sebelumnya,” ungkapnya.
Menurutnya, dengan mengaplikasikan biosaka dan jakaba pada budidaya jagung hibrida atas bimbingan Penyuluh Pertanian Kecamatan Batuputih dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep berhasil menghemat pemupukan dari sebelumnya dengan hasil panen yang sangat memuaskan.
Sebelum menggunakan inovasi teknologi pertanian biosaka dan jakaba dikatakan, dengan menghabiskan pupuk urea 40 Kg dan phonska 40 Kg. Namun setelah menerapkan biosaka dan jakaba diakuinya, hanya menghabiskan pupuk urea 20 Kg dan phonska 25 Kg.
“Alhamdulillah dengan menerapkan penggunaan biosaka dan jakaba budidaya jagung saya lebih hemat pupuk dan hasil panen lebih memuaskan,” jelasnya. (ily/red)