Menu

Mode Gelap
Srikandi dan PIKK PLN UP3 Madura Tebar Kebaikan di Bulan Ramadhan dengan Bagikan Ratusan Paket Takjil Persatuan Istri Karyawan-Karyawati dan Srikandi PLN UP3 Madura Salurkan Paket Sembako pada Panti Asuhan di Pamekasan Berkat Kepedulian Bupati Cak Fauzi, Pedagang Buah Srikaya Sumringah di Halaman Kantor Pemkab Babinsa Koramil 0826-09 Pakong Bantu Petani Panen Padi, Ciptakan Kemanunggalan TNI dengan Rakyat Jaga Kebersihan Lingkungan, Personel Kodim 0826/Pamekasan Lakukan Pembersihan Pangkalan

EKONOMI · 19 Mei 2022 19:56 WIB

Satu-satunya di Indonesia, Unija Sumenep Jadi Rumah Restorative Justice di Lingkungan Kampus


 Satu-satunya di Indonesia, Unija Sumenep Jadi Rumah Restorative Justice di Lingkungan Kampus Perbesar

SUMENEP, JURNALIS-INDONESIA.com – Rumah restorative justice akhirnya hadir di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tepatnya di Universitas Wiraraja (Unija). Eksistensi rumah restorative justice di lingkungan Perguruan Tinggi (PT) di Kota Keris menjadi satu-satunya yang baru ada di Indonesia.

Kehadiran rumah restorative justice diresmikan oleh Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jawa Timur, Mia Amiati, di Kampus sebutan pamiliar Cemara Unija Madura Sumenep, Kamis (19/5/2022).

Peresmiannya ditandai dengan pemukulan gong oleh Kajati Jatim dihadiri Wakil Bupati Sumenep Dewi Khalifah, Kajari Sumenep Trimo, Rektor Unija Sumenep Syaifurrahman, Ketua Pengadilan Negeri Kelas II Sumenep Arie Andhika Adikresna dan Kasat Reskrim Polres Sumenep AKP Fared Yusuf.

Kajati Jatim Mia Amiati mengaku sangat mengapresiasi kehadiran rumah restorative justice di Unija Madura Sumenep. Karena menurutnya merupakan satu-satunya di Indonesia yang ada di lingkungan kampus.

“Di Indonesia, rumah restorative justice yang ada dalam lingkungan perguruan tinggi baru ada di Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep,” ujar Mia.

Kajati perempuan berparas ayu ini memaparkan, bahwa keberadaan rumah restorative justice itu nantinya akan menghadirkan suasana hukum baru, yakni hukum akan tajam ke atas namun humanis ke bawah. Dalam artian tindak pidana yang dilakukan masyarakat bisa diselesaikan secara musyawarah, dengan persyaratan pelaku tindak pidana bukan merupakan residivis.

Dikatakannya, adapun persyaratan bisa dilakukan keadilan restorative itu jika ancaman pidana tidak lebih dari 5 tahun.

“Jadi, kalau ancaman hukumannya diatas 5 tahun sangat sulit dilakukan keadilan restorative,” tutur Mia.

Artikel ini telah dibaca 82 kali

Baca Lainnya

Srikandi dan PIKK PLN UP3 Madura Tebar Kebaikan di Bulan Ramadhan dengan Bagikan Ratusan Paket Takjil

14 Maret 2025 - 21:34 WIB

Persatuan Istri Karyawan-Karyawati dan Srikandi PLN UP3 Madura Salurkan Paket Sembako pada Panti Asuhan di Pamekasan

14 Maret 2025 - 20:53 WIB

Berkat Kepedulian Bupati Cak Fauzi, Pedagang Buah Srikaya Sumringah di Halaman Kantor Pemkab

14 Maret 2025 - 17:27 WIB

Festival Srikaya di Halaman Pemkab Sumenep, Cara Bupati Dorong Semangat Kebersamaan dan Kepekaan Sosial

14 Maret 2025 - 09:21 WIB

Bea Cukai Dianggap Makan Gaji Buta Lantaran Tak Berani Cabut Izin NPPBKC PR Cahayaku yang Ditengarai Produksi Rokok Turbo Premium Berpita Cukai Saltuk

12 Maret 2025 - 22:54 WIB

Rokok merk Turbo Premium berpita cukai saltuk yang ditengarai milik Haji Ahmad PR Cahayaku

Food Colony Tempat Pusat Kuliner UMKM Pamekasan Kini Tidak Aman

12 Maret 2025 - 21:51 WIB

Trending di JURNALIS INDONESIA