SUMENEP (JURNALIS INDONESIA) – Masyarakat yang peduli kemanusiaan dan keadilan atas meninggalnya mendiang Neneng melakukan aksi demontrasi ke Kejaksaan Negeri (Kejari) dan Pengadilan Negeri (PN) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Selasa (18/2/2025).
Salah satu Korlap Aksi, Ahmad Hanafi, mengatakan, atas nama aliansi pengawal kasus Neneng, menduga dan melihat banyak kecurigan-kecurigaan yang tidak diungkap oleh Kepolisian Resort Sumenep dan Kejaksaan Negeri Sumenep.
“Dengan ini kami meminta kepada Ketua Pengadilan Negeri Sumenep dan Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini agar membuka perkara meninggalnya Neneng jadi terang,” terang Ahmad Hanafi.

Massa aksi saat demo di Kejaksaan Negeri Sumenep
Ahmad Hanafi juga mengungkapkan, kejanggalan lain dalam kasus mendiang Neneng, pertama, pelaku melakukan KDRT pada bulan Juni 2024 kemudian dilaporkan oleh keluarga korban (bukti kronoligis pertama dalam surat dakwaan), namun atas laporan tersebut tidak berjalan, dan mengalami upaya untuk menghentikan penyidikan, pencabutan laporan, pelaku beserta gerombolannya.
“Penyidik Polres Sumenep tidak menindaklanjuti laporan perkara KDRT yang dilaporkan pada bulan Juni 2024 hingga berbulan bulan, dan akhirnya kejadian KDRT kedua menyebabkan korban Neneng meninggal dunia ditangan pelaku,” ungkapnya.
Kedua lanjut Ahmad Hanafi, paska melakukan laporan pada bulan Juni 2024 pelaku melakukan upaya paksa penculikan kepada korban Neneng, dan intimidasi, tekanan serta memaksa mendiang Neneng agar mau berdamai dengan pelaku, hal ini disebabkan ketidaktegasan penyidik Polres Sumenep dan Kejaksaan Negeri Sumenep selaku penyidik sehingga abai atas keselamatan jiwa Neneng.
“Penyidik Polres Sumenep dan Kejaksaan Negeri Sumenep juga tidak serius mengusut tuntas pelaku, kami keluarga korban dan mạsyarakat sangat berkeyakinan menduga ada pelaku lainnya yang sengaja ditutup-tutupi oleh penyidik dan kejaksaan agar tidak terungkap dan tidak ditetapkan sebagai tersangka. Sebab korban selama berhari-hari diduga disekap dan tidak diberi makan, sangat tidak rasional dan tidak masuk akal kalau selama kejadian tersebut tidak ada orang yang tahu dan tidak terlibat atas meninggalnya korban Neneng,” lanjutnya.
Di mana kata Ahmad Hanafi, TKP adalah rumah pelaku berupa tanean panjang yang sangat banyak orang dan mustahil tidak ada orang yang tahu dan terlibat. Janggalnya kata dia, hingga perkara ini dilimpahkan ke pengadilan, penyidik Polres Sumenep dan Kejaksaan Negeri Sumenep tidak memeriksa pihak-pihak yang ada di TKP dan tidak memanggil Kepala Desa Jenangger.
“Karena itu, kami menduga perkara
ini sengaja menumbalkan satu orang untuk diadili dan menutupi pihak pihak lain yang terlibat. Dari itu kami minta kepada Kejaksaan Negeri Sumenep dan Polres Sumenep untuk memanggil Kades Jenangger dan melakukan pemeriksaan secara komprehensif untuk menemukan pelaku lain yang terlibat,” pintanya.
Jika permintaan itu tidak diindahkan, Ahmad Hanafi menegaskan, para massa aksi yang peduli kemanusiaan dan keadilan terhadap kasus mendiang Neneng akan terus melakukan demontrasi hingga ke Polda Jatim dan Kejati Suabaya.
Sebab kata Ahmad Hanafi, dalam kasus ini, ada pihak-pihak dari pelaku yang mencoba menutup-nutupi kejadian matinya Neneng dengan cara menyebut Neneng meninggal karena disengat tawon, jatuh sendiri, dan parahnya lagi saat Neneng dianiaya, dibawa ke Puskesmas hingga meninggal dunia.
Parahnya juga, kata salah satu korlap aksi ini, tidak ada satu orangpun baik pelaku maupun keluarga pelaku yang memberitahu keluarga korban mendiang Neneng. Justru kematian korban mendiang Neneng malah dapat informasi dari tetangga pelaku.
“Andai tidak diberitahu tetangga pelaku
mungkin neneng dikubur tanpa diadili, ini sangat biadab dan sadis hanya akal bajingan yang tidak punya hati nurani dan tidak tersentuh hatinya,” geramnya.
Karena itu melalui aksi demontrasi ini, berharap pemeriksaan sidang di Pengadilan Negeri Sumenep melalui Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum untuk serius dan
berupaya untuk mengungkap fakta dengan terang dan mememukan pelaku lain yang diduga kuat sengaja tidak diungkap oleh Kepolisian Resort Sumenep.
Pada hari ini, Selasa (18/2/2025) perkara mendiang Nihayatus Sa’adah alias Neneng telah memasuki sidang kedua dengan agenda pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri Sumenep.
“Sebagaimana kronologis (hal ini dapat dilihat dari rekam jejak laporan korban pada tanggal 22 Juni 2024, setelah laporan dibuat perkara ini mandek, ada upaya memaksa korban dan menekan korban agar mau berdamai. Juga ada upaya menculik korban dengan beberapa orang di rumah orang tua korban dengan cara mencekik dan kekerasan didepan orang tua korban,
tidak memberi akses kepada keluarga korban, tidak memberitahu kondisi
korban, tidak diberi makan dan minum saat disekap sesuai hasil forensik tidak
ditemukan cairan dalam perut korban hingga korban meninggal di Puskesmas
Batang-batang, tidak diberitahu sebab-sebab kematian justru dibilang Neneng meninggal karena sengatan tawon, korban Neneng dibawah dalam keadaan bonyok dan babak belur didada, tangan, muka, lengan, leher dan kepala,” bebernya.
Sehingga Ahmad Hanafi meminta, kejanggalan-kejanggalan matinya mendiang Neneng harus diungkap seterang-terangnya dan siapa saja yang terlibat harus mendapatkan hukuman yang setimpal.
Adapun sederet kejanggalan matinya Neneng yang harus diungkap
- Korban meninggal menurut keluarga pelaku disebabkan karena jatuh
- Korban disekap berhari-hari dan tidak diberi makan dan minum serta akses komunikasi
- Korban tidak diberi makan dan minum hasil visum tidak ditemukan cairan
- Luka benda tumpul menyebabkan pembuluh dara pecah bagian kepala,
dada, tangan, perut, leher dan mata - Keluarga pelaku menyatakan korban meninggal karena sengatan lebah
- Penerapan pasal tidak ditambah pembunuhan berencana Pasal 340 KUHP Jo. Pasal 338 KUHP
- Indikasi pembunuhan berencana yang dimulai dari menculik korban
di rumah Lenteng kemudian dibawah kerumah pelaku lalu disekap, memaksa untuk mencabut laporan tidak terungkap dalam surat dakwaan. - Pada saat terjadi pemukulan orang tua pelaku mengetahui perbuatan
pelaku namun tidak melakukan tindakan pencegahan justru membiarkan - Ada upaya untuk menutupi sebab-sebab kematian korban dan
menghilangkan pelaku lainnya - Selang oksigen korban dicabut saat di Puskesmas (sesuai hasil rilis
Polres pengakuan pelaku)
Menurutnya, dari kronologis kejadian tersebut masyarakat telah melakukan audiensi dengan Polres Sumenep, menyampaikan nama-nama yang harus diperiksa, dan mengungkap semua kejangalan-kejanggalan namun tidak pernah digubris oleh penyidik Polres Sumenep.
Sehingga Melalui aksi ini meminta kepada
Kejaksaan Negeri Sumenep dan Pengadilan Negeri Sumenep antara lain:
- Meminta pelaku dituntut dan dihukum pidana mati, pasal dalam dakwaan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi seharusnya diterapkan pasal 340 jo pasal 338 KUHP
- Meminta Pengadilan Negeri Sumenep dan Kejaksaan Negeri Sumenep untuk mengusut tuntas pelaku lain dan siapa saja yang ikut terlibat, mengetahui dan membantu menghilangkan nyawa Neneng melalui pemeriksaan saksi-saksi dan pemeriksaan terdakwa
- Meminta agar dilakukan pemeriksaan verbal lisan terhadap penyidik yang memeriksa dan menangani perakara ini dalam sidang terbuka untuk umum
- Meminta Kejaksaan Negeri Sumenep membuka berkas kembali dan mengusut tuntas pelaku lain yang terlibat dalam perkara ini (memeriksa Kades Jenangger jenangger, kadus TKP, dan para keluarga terdakwa yang serumah dan lingkungan sekitar) dan semua pelaku yang terlibat agar diproses hukum. (ily/red)