SUMENEP (JURNALIS INDONESIA) – Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, cetuskan inovasi baru dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat di akar rumput.
Salah satunya, inovasi itu diberi nama Gema Batik (Gerakan Bersama Bebas Jentik). Gema Batik merupakan salah satu inovasi Puskesmas Batuputih yang dicetuskan pada tahun 2025 ini sebagai upaya memberantas sarang nyamuk untuk menurunkan angka kejadian penyakit demam berdarah.
Dalam pelaksanaan Gema Batik, Puskesmas Batuputih membentuk Jumantik Keluarga sebagai Juru Pemantau Jentik yang melibatkan salah satu dari keluarga yang ada di dalam rumah (masyarakat di wilayahnya).
“Setiap Minggu nanti kader menghubungi mereka menanyakan hasil pantauannya dalam 1 Minggu, jika 3 Minggu berturut-turut tidak ada jentik di bak mandi atau tempat penampungan lainnya maka dipasang stiker Rumah Bebas Jentik di rumahnya,” terang Plt. Kepala Puskesmas Batuputih dr. Nurhasanah. Jumat (17/1/2025).
Gema Batik inovasi Puskesmas Batuputih ini berbeda dengan gerakan lainnya. Karena selain melibatkan lintas sektor (Camat, Polsek, Koramil, Kepala Desa, Aparat Desa dan kader ILP) juga membentuk Jumantik Keluarga.
Sementara gerakan lainnya, Jumantik dibentuk dari kader sekaligus yang keliling. Sehingga keberadaannya kurang efisien.
“Jadi masing-masing petugas kesehatan dan lintas sektor diwajibkan 1 orang petugas harus datang ke 5 rumah warga, memeriksa tempat-tempat penampungan air, edukasi pencegahan demam berdarah dengan 3M plus, dan pemberian abate,” jelas dokter Ana familiar disapa.
Gema Batik inovasi Puskesmas Batuputih ini pun telah dijalankan dengan mengunjungi beberapa desa. Seperti pada Jumat lalu, ke Desa Batuputih Daya, Batuputih Laok dan Gedang-Gedang.
“Dan pada hari ini (Jumat, 17 Januari 2025) ke Desa Juruan Laok, Batuputih Kenek dan Juruan Daya,” papar dokter Ana.
Selain mencetuskan inovasi Gema Batik, Puskesmas Batuputih juga telah melahirkan inovasi Masyarakat Bersahabat (Masyarakat Bersama Habiskan Batuk) untuk penanggulangan penyakit TBC, dan Si-Jiwa (Silaturrahmi Jiwa) sebagai bentuk kepedulian terhadap pasien jiwa.