SUMENEP (JURNALIS INDONESIA) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, dibawah kepemimpinan Bupati Achmad Fauzi Wongso benar-benar menunjukkan komitmennya dalam melestarikan seni dan budaya tradisional ditengah kemajuan teknologi saat ini.
Salah satu buktinya seperti yang digagas dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep yang saat ini dinahkodai Kepala Dinas Agus Dwi Saputra.
Dinas Pendidikan dalam rangka mewujudkan komitmen Pemerintah Kabupaten Sumenep dibawah kepemimpinan Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo untuk terus melestarikan seni dan tradisional yang ada ditengah kemajuan teknologi saat ini dengan menggelar festival tan pangantanan yang melibatkan peserta didik di lingkungan sekolah TK dan SD setempat.
Puluhan peserta dari siswa TK dan SD se-Kabupaten Sumenep pun ikut memeriahkan festival tan pangantanan pada Sabtu, 25 Mei 2024.
Festival yang diselenggarakan ini bukan sekedar permainan yang menghibur, tetapi didalamnya mengandung nilai-nilai kehidupan yang memuliakan hidup bersama seperti keindahan, kerukunan, tata krama dan keimanan.
Wakil Bupati Sumenep Dewi Khalifah mengaku di era digital saat ini, transformasi budaya terjadi begitu deras dan cepat, sehingga untuk membangun karakter anak hendaknya mengisi dengan kegiatan seni dan budaya lokal.
“Melalui festival tan pangantanan tidak seperti permainan lainnya, karena bukan hanya permainan yang menghibur, tetapi mengandung nilai kerukunan, nilai pendidikan, nilai sosial dan nilai kebudayaan,” kata Wakil Bupati Sumenep di sela-sela melepas peserta festival tan pangantanan di depan Rumah Dinas Bupati, Sabtu (25/5).
Menurut Wakil Bupati Sumenep,
tan pangantanan dengan diiringi lagu pengiring dhe’ nondhe’ ni’ nong memiliki makna historis dan nilai filosofis, karena di syair lagu itu merupakan sebuah ungkapan simbolis yang berasal dari kata dhu’nondhu’ (merunduk).
“Secara harfiah merunduk untuk mengajarkan anak supaya memiliki pribadi yang rendah hati dan menghormati orang lebih tua, sehingga jika tidak memiliki tatakrama ini, tersisih dari masyarakat (mon ta’ nondhe’ jaga jaggur),” tutur Dewi Khalifah.
Wabup Sumenep ini mengharapkan, seluruh elemen masyarakat mencintai seni dan budaya serta adat istiadat warisan leluhur, bahkan menumbuhkembangkan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai seni dan budaya.
“Pemerintah daerah dan masyarakat perlu menghidupkan beragam kegiatan bernuansa seni budaya lokal supaya generasi muda mencintainya, sehingga ditengah kemajuan teknologi saat ini, eksistensi warisan leluhur tetap terjaga, terawat dan lestari di Kabupaten Sumenep,” harap Wabup Dewi Khalifah.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Agus Dwi Saputra menyampaikan, festival tan pangantanan yang melibatkan peserta didik TK dan SD yang diinisiasi oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang dipimpinnya merupakan implementasi dari komitmen pemerintah daerah dan Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo dalam upaya melestarikan seni dan budaya tradisional ditengah kemajuan teknologi.
Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep kata Kepala Dinas Agus Dwi Saputra ke depan berkomitmen untuk terus melestarikan seni dan budaya tradisional ditengah kemajuan teknologi di era saat ini.
“Kami berkomitmen untuk melestarikan seni dan budaya tradisional ditengah kemajuan teknologi, salah satunya melalui festival ini, yang melibatkan masyarakat untuk mewariskan kepada anak-anak,” terang Kadisdik Agus karib disapa.
Di samping melestarikan seni dan budaya tradisional ditengah kemajuan teknologi saat ini, festival tan pangantanan yang digelar Pemerintah Kabupaten Sumenep juga memberi ruang geliat bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat.
Sehingga ini, menjadi salah satu bukti nyata Pemerintah Kabupaten Sumenep dibawah kepemimpinan Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo terhadap kepedulian dan komitmennya kepada pertumbuhan UMKM dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di ujung timur pulau Garam Madura. (ily)