Oleh: Nur Khalis Wartawan Sumenep
JURNALIS-INDONESIA.com – Modal catatan ini hanya iseng belaka. Maka maklumilah jika isinya ada kesan konyolnya. Namanya juga iseng, ya seperti penggosip kebanyakan. Kalau benar, ya syukur. Dan kalau keliru, ya tolong dibaca lagi catatan ini.
Karena, meskipun niatnya iseng, catatan ini tak serampangan juga. Ada beberapa fakta sederhana yang layak dibaca. Misalnya, dikutip dari website sumenepkab.go.id, belum ada program strategis yang disampaikan bupati dalam beberapa pekan terakhir.
Berita bupati masih terbilang seremonial; menghadiri pawai budaya, pameran UMKM dan berkali-kali memberikan sambutan di acara musik dan lomba cover lagu ciptaannya.
Bahkan, berita lokakarya tentang penurunan stunting (sumenepkab.go.id/8 Agustus) juga berakhir serenomial belaka. Karena berpekan-pekan setelah itu, langkah kongkrit penanganan stunting belum juga muncul beritanya.
Padahal, angka stunting di Kab. Sumenep mencapai 29,4% (data SGGI 2021) dan Kab. Sumenep menempati peringkat 5 tertinggi di Jawa Timur. Dorongan percepatan penurunan stunting, yang disampaikan bupati pada tanggal 7 Juli 2022 lalu (sumenepkab.go.id) belum juga membuahkan hasil.
Ajaibnya, meski angka stunting tinggi, data lokusnya sulit ditemukan. Petugas gizi di tiga Puskemas, belum berkenan buka-bukaan. Sudah kami telepon. Tapi tak ada satu pun yang merespon.
Lain stunting, lain juga wisata. Setelah pandemi Covid-19 mereda, gairahnya belum sama sekali terasa. Setiap pekan, yang kawan-kawan tahu hanya “kalimat bijak” dari tenaga ahlinya semata: tetap kompak, ayo bangkit bersama dan bla..bla..bla. Itu saja.
Karena saking kosongnya, isi WhatsApp group wisata hanya pamer event wisata dari luar kota. Ada juga polemik mafia tanah dan semrawutnya kebijakan pemerintah dan lainnya. Oh iya, yang pamer event wisata dari luar kota, dilakukan juga oleh tenaga ahli wisata Sumenepnya.
Dengan itu semua, sepertinya sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Apalagi sampai harus dibanggakan. Tidak ada. Pemerintah kita, seakan saja, senang sekali berjalan apa adanya. Duh!
Yang bisa diharapkan, itu pun karena sudah tidak ada lagi pilihan, adalah ajakan bupati agar seluruh lurah dan camat mengikuti Award Bupati 2022 (sumenepkab.go.id/18 Agustus).
Setelah selesai menciptakan lagu, dan diperlombakan hampir di seluruh penjuru, bupati meminta lurah dan camat membuat inovasi baru. Ini layak ditunggu. Karena, mungkin saja salah satu peserta award akan membuat lagu. Ini akan seru?
Tapi kalau boleh berharap, setelah Award Bupati 2022 usai, kerja-kerja kebijakan yang berpihak pada rakyat harus didahulukan. Misalnya, fasilitas kesehatan antar kepulauan harus benar-benar bisa dirasakan.
Jangan sampai, ada cerita sedih lagi seperti yang dialami Asifa, penderita atresia ani asal Kangean, yang hampir satu bulan terkatung-katung di daratan menunggu kepastian bantuan.
Mencari inovasi baru dari lurah dan camat tentu sah-sah saja. Tapi spirit dari tagline Bismillah Melayani, bukannya harus dijaga? Jangan sok lupa.