Haerul Umam mengatakan dengan kedatangan PSDKP Surabaya ke Pulau Masalembu kemarin itu bagaimana bisa memberikan kejelasan baik berapa banyak soal muatan batu bara dan berapa banyak batu bara yang bisa diselamatkan serta berapa banyak batu bara yang jatuh ke laut.
“Kemudian berapa luasan laut yang terkena tumpahan batu bara dan perusahaan apa kapal pengangkut batu bara dan akan dibawa kemana batu bara itu, ini harus bisa jelas setelah dilakukan investigasi oleh PSDKP Surabaya. Termasuk bagaimana kondisi di dasar laut hasil dari investigasi PSDKP Surabaya sekaligus langkah tindaklanjut selanjutnya,” kata warga Masalembu ini saat dihubungi dikonfirmasi mjinews.net, Kamis (31/3/22).
“Karena kami menduga ada batu bara yang jatuh ke laut di Perairan Masalembu ini yang mencemari. Karena kalau menurut Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2018 tentang rencana zonasi itu wilayah tangkap sampai 4 Mil wilayah tangkap tradisional, artinya itu kan menjadi wilayah tangkap nelayan tradisional dan ada orang mancing disitu, sementara kapal ponton bermuatan batu bara yang tumpah itu kurang lebih 1,06 Mil dari bibir pantai,” papar Haerul.
Untuk diketahui, sekitar hampir dua bulan sebuah Kapal Ponton Woodman 37 yang mengangkut batu bara terdampar dan muatannya tumpah ke perairan Masalembu, Jawa Timur, sejak akhir Januari dan hingga pekan ini masih kandas di lokasi wilayah Kabupaten Sumenep ini. Warga telah melapor kepada Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur serta Gakkum namun justru diabaikan.